Sabtu, 22 Januari 2011

PUISI KEHIDUPAN


Malam,...............

Ketika semua suara mulai lelap dalam kesunyian

Hanya terdengar suara hati bergemurh dalam dada

Aku seperti melihat laut yang tak tersentuh oleh angin, tenang!

Tenang di permukaan, gemuruh suara ikan didalamnya

Aku membayangkan melihat laut yang tenang di malam hari

Dipadukan dengan remang cahaya bulan

Tenang dan indah!

Kini aku sadar

Kenapa malam diciptakan

Kenapa dunia ini tak di isi hanya dengan pagi

Hanya dengan siang saja!

Malam adalah pengaduan, Mengadulah!

Dan jawablah sendiri!

Karena kau sudah punya jawabannya

Nikmati malammu

Jangan hanya kau gunakan untuk tidur

Bangkit dan renungkanlah

Apa yang sudah kau lakukan hari ini?

…..

…….

Sudah?

………

Kau sudah dapat jawabannya?

Terimalah….

Dan gunakan itu untuk esok hari.



Kamis, 20 Januari 2011

puisi sahabat


Sahabat
Telah kau daki
Gunung kemerdekaan
Menuju sinar harapan
Kehidupan masa depan
Menuju kebahagian

Sahabat
Relung waktu telah lalu
Rindu hati ingin bertemu
Walau surya telah berlalu
Dirimu masih ku tunggu
Dalam paruh waktuku

Sahabat
Aku memuja seraya berdoa
Kesehatan dan keberkahan
Tetap menyertaimu
Bersama KuasaNya
Kau akan bahagia

Sahabat
Ketika hati ini bergeming
Gema Adzan berkumandang
Dikaulah yang membimbing
Ke Surau kecil desa
Bersujud kepadaNya
Hingga raga ini tenang

Sahabat
Sukma melemah
Jiwa berserah
Tak tahu arah
Terhentilah darah

Sahabat
Telah berujung riang
Gaung cinta persaudaraan
Telah kau tebarkan
Mengisi celah darah
Terpendam lubuk dalam

Sahabat
Lukisan kata tepat
Hembusan angin bertempat
Riasan duniawi bersifat
Dalam kota terpadat
Semoga masih sempat
Citra ini terdapat

Sabtu, 15 Januari 2011

tergoda perih dan rindu


friyan

matahari tenggelam hilang
malam mengetuk datang
diselimuti mendung, gelap merambat pekat
pun cahaya bulan meredup, aku kian tersesat
dalam sepi yang ketat :mengikat

digoda perih rindu
anganku memburu masalalu
mengeja setiap detik waktu
yang terlalui bersamamu
ah, betapa naif dan bodohnya aku

malam meninggi
kututup mata kelabuhi mimpi
berharap kau datang menghampiri
dan ku kembalikan cinta yang kau beri
lengkap dengan luka dan semu mimpimimpi

……
ah, bodohnya aku
memancing luka masalalu



di ujung batas penantian ku


“ Diujung Batas Penantianku “

Disini…..
Aku masih Memanggang Rindu ini
Diantara Kering Ranting dan Dedaunan
Serta Sepi Angin Sore itu

Sempat terbersit sepenggal harap
Pada burung yang membawa Rinduku terbang
Dan memajangnya di ujung langit
Agar kau mengerti……..
Rinduku padamu demikian dalam….
( Mengekang dan menawan jiwaku )

Namun …..
Masih Ada terselip Cemas
Saat Waktu masih saja menghabiskan kesendirianku
Hingga rindu ini menghujat pada Janji
Kapan semua ini akan berakhir….?

Sekarang aku telah sampai
Diujung batas penantianku
Ingin kudekap bayangmu terakhir kali
Sekalian ucapkan selamat tinggal
Dan biarkan kesetiaan dan rindu ini
Kan kubawa Pergi …. !


surat cinta dari hati ku untuk hati mu


Duhai hati yang sedang gundah, luangkan sedikit waktumu untuk membaca surat dari hatiku
Surat yang tertulis karena kebosanan nya denganku, yang tak bisa menyampaikan apa yang dia inginkan
Hatiku tahu engkau sedang gundah, gelisah, dan sedih
Bukan karena kepintaranku menebak..Karena sekuat apapun kemampuanku menebak, takkan mampu kutebak isi hatimu…Tapi sorot matamu yang terlalu jelas terbaca oleh hatiku
Maka itu sejenak ajaklah hatimu bicara, apa benar dugaan hatiku?

Sungguh, kalau aku bisa melepaskan hatiku sendiri, ingin rasanya kulepaskan agar dia puas berbicara dan bercengkerama dengan hatimu
tapi aku tak mampu Duhai hati yang kucintai, Aku tak mungkin mengizinkan hatiku pergi seorang diri, karena kutahu pasti dia akan terluka
Maka itu, tertulis lah surat ini untuk hatimu

Duhai engkau, yang memiliki hati tujuanku
Tahukan engkau bahwa setiap hari hatiku menjerit???bukan karena aku menyakitinya
tapi dia menyakiti dirinya sendiri, mengharapkan pertemuan dengan hatimu yang tak kunjung datang
Aku yakin kau juga tak tahu, kalau hatiku selalu bernyanyi sedih saat mendengar hatimu telah dimiliki oleh hati yang lain

Apakah aku harus menyalahkan mu duhai wanita yang kucintai???
Sungguh, bukan itu maksudku!! hatikupun tahu itu…
bahwa kau dan hatimu adalah 2 nyawa
dan engkau selalu mengikuti kemana hatimu menuju
Terkadang hatiku mengira bahwa engkau dan hatimu datang kepadaku dan menyapa lembut hatiku itu
Tapi, mungkin penantiannya kini sudah tak berarti,,,

Duhai engkau, sang pemilik hati lembut yang gundah itu
sekarang tak perlu kau risaukan lagi dengan hatiku
tetapkanlah hatimu untuk dia, yang tercinta, yang kan membuat engkau dan hatimu bahagia
dan hatiku??????
Tadi malam hatiku sudah berjanji, akan berusaha pergi dari hatimu, takkan mengetuk pintunya lagi, agar engkau tenang dalam tidur dan jaga mu
Surat ini, hanya sebuah permintaan dari hatiku, yang ingin berpamitan padamu, duhai hati yang kusayangi

Hatiku bilang, dia menyerah mengetuk pintu hatimu, dia akan pergi dari halaman cinta itu, dan mencoba merangkak meneruskan perjalanannya..doakan kepergiannya, duhai hati yang kucintai…

Bila dia sudah jauhhh…jauuuuuuuuuuhhh sekali…maka ingatlah,,bahwa dulu sampai sekarang, dia adalah pemujamu, dia adalah hati yang selalu menunggu kehadiranmu dan hatimu
Agar dia bisa tersenyum melanjutkan langkahnya


satu cinta dua pilihan


terasa lengkap hidupku dengan adanya engkau disisiku,,yang selalu menemaniku dalam keadaan suka maupun duka,,,tidak bisa kupungkiri bahwa aku terlalu menyayangimu,,terlalu mencintaimu,,,dan hanya dirimulah yang bisa menyembuhkan gundah di hatiku,,terima kasih karena kau sudah menjadi bagian dalam hidupku,,,dan maafkan aku karena semua tidak bisa kita wujudkan untuk bersama,,,

jika masih ada ragu dalam dirimu yang membuat dirimu tidak bisa memahami semuanya,,,tidak perlu engkau memilih di antara pilihan yang tidak mungkin bisa kau wujudkan,,,karena aku mengerti dengan semua itu,,,pergilah engkau denganya,tapi jangan kau banting pintu hatiku,,,karena kelak bisa saja engkau mengetuknya untuk kembali,,,

Senin, 10 Januari 2011

puisi sang pencinta


HatiHatiHatiHatiHatiHatiHatiHati






Aku masih menanti sang matahari pagi menggeliat dan membuka kelopak matanyaAku masih menanti kabut tipis berlari bersama butiran embun di ujung ilalang Aku masih menanti pagi ini kau hujani aku dengan cahayamu Karena pagi ini ingin kurajut sebuah pelangi untukmu Dengan warna-warna teduh yang terpancar dari kelembutanmu Merah ..kuning …hijau …biru….ungu …putih …. Yang ku rajut seperti selendang bidadari Untuk kau kenakan saat keteguhanku merengkuhmu.. Lihatlah pada birunya langit Pelangi itu terbentang indah hingga ke batas cakrawala Dan bias rona merahnya menyapu wajah tulusmu Hingga dalam binar matamu tergambar beningnya sebuah hati Mungkin aku akan tetap disini menanti malam menyuguhkan mimpi Dan melihat betapa cantiknya dirimu dengan selendang bidadari itu .. Walaupun aku takut sulaman mimpi itu selalu pergi Walaupun aku tak mampu memupuskan ragu ini Biarlah aku menunggumu …


-
pacar yang hilang kembali datang di ujud baru engkaulah itu! menitis sinta pada matadrupadi pada pipi lalu dayang sumbi pada cantikmu abadi purbasari putri bungsupada rimbun rambutmu mengapa tak dengar sampai hingar kuseru tanpa suaramengapa tak hirau sampai parau kusapa tanpa kata lewatmu kelewat terburusejenak tak singgah di serambi hati untuk bersetuju dan bikin janji
-

Sekalipun tak kumiliki engkau tetap milikku Selalu saja beterbangan di kamarmasing-masing, sekelompok binatang purba bernama rindu, mendengung-dengungtaringnya runcing menyengat bukan kulit tapi nadi, membengkak hari ke hari(mengapa mengusik sarangnya?) Ingin lupa ujud kamarmu yang hafal kamarku saja: buku-buku map-map tumpukan pekerjaan yang terbengkalai Tamasya tamasya kita bunuhlah sebisanya racun paling dahsyat paling nikmat bagi santapan kenangan

-
Ada wangimu tertinggal pada jari-jariku. Melekat dalam mata waktu mencobaterpejam Lalu begitu saja teringat saat-saat. Di pelataran rumah yang sama. Kursi masih mungkin berganti letak. Seperti hati? Tak tahu pasti. Kau juga Iseng kubaca bintangmu dalam astrologi. Lalu juga bintangku Majalah itu tentunya menipu kitatapi engkau tersenyum. aku juga Harapan itu meluncur tiba-tiba Sekelompok laba-laba membentangkan jaring. Bulan terperangkap Ada wangimu tertinggal pada jari-jariku. Ada wangimu melekat di mana-mana. Jangan hapuskan! Malaikat pun tak kan mampu mencucinya.
-

kudengar lagi dekak batu gilingan
kepulan asap di tungku membungkus baju kurungmu
pada subuh yang belum usai
kuraba tonggak tua rumah gadang yang berbulu digaruk kucing
di situ puisiku pertama kali menyerpih
melekat sebagai debu yang mengambang di langit-langit pagu
dapurmu

kudengar lagi sijingkat atah di ujung tampian
dedak yang berdenging di lantai tanah rumah kita
dan matamu menggambar sawah berjenjang
batang-batang padi menggembung seperti pantau yang hamil
dari sana gabah bersembulan
mengulai dari tangkai
seperti anak-anakmu, ati
ada yang bernas ada yang hampa

kudengar lagi kecimpung tawas dalam kuali
sore itu aku pulang membawa sejinjing belut dan anak gurami
yang kukail di batang air sialang
“kita goreng sama peria atau asam pedas saja?” tawarmu

kudengar lagi, hujan batu berderu di langit kampung
dentangnya menyerang loteng bilikku
subuh seperti mau runtuh
ke dalam secerek air yang telah kau panaskan
lalu secangkir kahwa mengepul
“menjelang berangkat, minumlah
seperti bangau betina sebelum meninggalkan kubangan,” ucapmu
dari anak jenjang pertama
aku turun mengayun lambai
di laman
di tampuk embun
puisiku karam
tersangkut pada kelopak kembang tiga bulan

kudengar lagi kicau pipik tuai
musim bertanam yang riang
lalang-lalang mengungsi ke belukar mintalak
sebab sawah-sawah digenang
ke sana aku mandi-mandi
memakai baju tut wuri handayani
“cepat pulang,” sesalmu
aku pun berlari
percikan lumpur melewati kepala
ingat kambing yang belum dikeluarkan
ingat kulit manis yang belum diangkat dari jemuran
ingat buku bergaris petak dan pr matematika
juga karangan singkat
yang harus dirangkai dengan huruf tegak bersambung
tapi puisiku berdetak di roda bendi
seakan ada yang meningkah rabana
menuntun suara gadis penyanyi kasidah

batinku melulung meniti bansi para bujang
yang kesepian di dangau ladang

aku dengar lagi gesek mata pisau penetek mayang nira
diasah bapak di batu gerinda
dan gerahamku selalu ngilu karenanya
sengilu ketika akhirnya bapak berperangai musang
menerkam-hilang
dari kandang ke kandangrumah gadang

kudengar lagi gerutumu di balik pintu
tentang cengkeh yang terjual murah
harga racun padi yang menanjak
dan bapak yang tak pulang-pulang

selalu kudengar semua, ati
sembari mengintipmu menangis di balik kelambu dipan
selalu
di pelukmu aku ingin rubuh
menghirup tubuhmu yang bau asap
meski dari dari ranah yang tak terdekap
di mana aku kini tersekap

Sabtu, 25 Desember 2010

syair kehidupan


hidup itu {praktek}


Kenang lama tengah keheningan
Di kelam kesunyian malam
Hanya menggaung kaki tak terperanjak
Membisu di pertapaan malam
Sampai denting hati di titik nol
Arti hakiki di cari cari
Ayat ayat kasih di peluk

Melukis kabut tanpa dimensi
Di berapa langkah tubuh singgah
Seberapa jauh jejak sampai manusia lacak
Hidup itu hidup
Hidup tak di kata

Menuai sepenggalah kata dengan memecah asa kemustakhilan
Selaksa angan buta
Larut di arus deras mimpi
Jauh menjauh
Semakin jauh diri memandang hati
Menilai diri semakin asing


NB : Dari kata yang jauh terpelesat mungkin tak kau temukan arti tersirat, dari sajak sajaknya hanya dialog setan yang tak terjemahkan,kata kata pedat,sesat.pergelaran kata kata tersendat di saat saat istirah. Beragam arti kehidupan, ketahuilah ia tetap dan terus berjalan, hilangkan arti teori,hidup itu praktek ( tak hanya sekedar perjuangan ).Bahkan tak enggan orang beranggapan hidup itu sudah susah,kenapa juga masih kau pikirkan yang susah susah ( arti kehidupan ). Di rambatan renungan kesunyian berpautan setitik pencerahan ” Laa Yukallifullohu Nafsan Illaa Wus aha ”


Selasa, 14 Desember 2010

puisi perpisahan


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeiuQpUDDD8usr30SwvmQuqSJOl-ebQJEiLKPqPYSFOxCokBCudEnqYtVW4kziTQ63cHqM9piQmGrUqOhfGR6hrddolIlMRdSXpIM-JCbQySlXd1ULrYfYZz4NNzByRNTFT-StodWW6HE/s1600/m.jpg

Perpisahan

Biarkan masa lalu lepas
Untaian waktu tak lagi kembali
Doa saja tinggal kini
Insafi hati akan Jalan-Nya

Asa dan pilu kian padu
Nodai hati hadirkan duka
Teringat tiada pergi tanpa kenangan
Oh perpisahan hantui setiap insan

Dari relung hati terbersit
Untuk hidup begitu hanyut itu
Andai segala daya kumiliki
Aku ingin hidup lebih berarti

Sabtu, 04 Desember 2010

wangi mu yang tertinggal




puisi ini,adalah gambaran dari kehidupan cinta yg setiap orang pasti mengalmi y puisi yg tlah saya tulis dg spnuh hatiini,adalah puisi yg terbaik yg prnah saya tulis.ayo kita baca dan renungkan sama sama..."

wangi mu yang tertinggal





wangi mu yang tertinggal
wangi mu yang tertinggal
wangi mu yang tertinggal






Aku masih menanti sang matahari pagi menggeliat dan membuka kelopak matanya Aku masih menanti kabut tipis berlari bersama butiran embun di ujung ilalang Aku masih menanti pagi ini kau hujani aku dengan cahayamu Karena pagi ini ingin kurajut sebuah pelangi untukmu Dengan warna-warna teduh yang terpancar dari kelembutanmu Merah ..kuning …hijau …biru….ungu …putih …. Yang ku rajut seperti selendang bidadari Untuk kau kenakan saat keteguhanku merengkuhmu.. Lihatlah pada birunya langit Pelangi itu terbentang indah hingga ke batas cakrawala Dan bias rona merahnya menyapu wajah tulusmu Hingga dalam binar matamu tergambar beningnya sebuah hati Mungkin aku akan tetap disini menanti malam menyuguhkan mimpi Dan melihat betapa cantiknya dirimu dengan selendang bidadari itu .. Walaupun aku takut sulaman mimpi itu selalu pergi Walaupun aku tak mampu memupuskan ragu ini Biarlah aku menunggumu …

-
pacar yang hilang kembali datang di ujud baru engkaulah itu! menitis sinta pada mata drupadi pada pipi lalu dayang sumbi pada cantikmu abadi purbasari putri bungsu pada rimbun rambutmu mengapa tak dengar sampai hingar kuseru tanpa suara mengapa tak hirau sampai parau kusapa tanpa kata lewatmu kelewat terburu sejenak tak singgah di serambi hati untuk bersetuju dan bikin janji
-

Sekalipun tak kumiliki engkau tetap milikku Selalu saja beterbangan di kamar masing-masing, sekelompok binatang purba bernama rindu, mendengung-dengung taringnya runcing menyengat bukan kulit tapi nadi, membengkak hari ke hari (mengapa mengusik sarangnya?) Ingin lupa ujud kamarmu yang hafal kamarku saja: buku-buku map-map tumpukan pekerjaan yang terbengkalai Tamasya tamasya kita bunuhlah sebisanya racun paling dahsyat paling nikmat bagi santapan kenangan

-
Ada wangimu tertinggal pada jari-jariku. Melekat dalam mata waktu mencoba terpejam Lalu begitu saja teringat saat-saat. Di pelataran rumah yang sama. Kursi masih mungkin berganti letak. Seperti hati? Tak tahu pasti. Kau juga Iseng kubaca bintangmu dalam astrologi. Lalu juga bintangku Majalah itu tentunya menipu kita tapi engkau tersenyum. aku juga Harapan itu meluncur tiba-tiba Sekelompok laba-laba membentangkan jaring. Bulan terperangkap Ada wangimu tertinggal pada jari-jariku. Ada wangimu melekat di mana-mana. Jangan hapuskan! Malaikat pun tak kan mampu mencucinya.
-

kudengar lagi dekak batu gilingan
kepulan asap di tungku membungkus baju kurungmu
pada subuh yang belum usai
kuraba tonggak tua rumah gadang yang berbulu digaruk kucing
di situ puisiku pertama kali menyerpih
melekat sebagai debu yang mengambang di langit-langit pagu
dapurmu

kudengar lagi sijingkat atah di ujung tampian
dedak yang berdenging di lantai tanah rumah kita
dan matamu menggambar sawah berjenjang
batang-batang padi menggembung seperti pantau yang hamil
dari sana gabah bersembulan
mengulai dari tangkai
seperti anak-anakmu, ati
ada yang bernas ada yang hampa

kudengar lagi kecimpung tawas dalam kuali
sore itu aku pulang membawa sejinjing belut dan anak gurami
yang kukail di batang air sialang
“kita goreng sama peria atau asam pedas saja?” tawarmu

kudengar lagi, hujan batu berderu di langit kampung
dentangnya menyerang loteng bilikku
subuh seperti mau runtuh
ke dalam secerek air yang telah kau panaskan
lalu secangkir kahwa mengepul
“menjelang berangkat, minumlah
seperti bangau betina sebelum meninggalkan kubangan,” ucapmu
dari anak jenjang pertama
aku turun mengayun lambai
di laman
di tampuk embun
puisiku karam
tersangkut pada kelopak kembang tiga bulan

kudengar lagi kicau pipik tuai
musim bertanam yang riang
lalang-lalang mengungsi ke belukar mintalak
sebab sawah-sawah digenang
ke sana aku mandi-mandi
memakai baju tut wuri handayani
“cepat pulang,” sesalmu
aku pun berlari
percikan lumpur melewati kepala
ingat kambing yang belum dikeluarkan
ingat kulit manis yang belum diangkat dari jemuran
ingat buku bergaris petak dan pr matematika
juga karangan singkat
yang harus dirangkai dengan huruf tegak bersambung
tapi puisiku berdetak di roda bendi
seakan ada yang meningkah rabana
menuntun suara gadis penyanyi kasidah

batinku melulung meniti bansi para bujang
yang kesepian di dangau ladang

aku dengar lagi gesek mata pisau penetek mayang nira
diasah bapak di batu gerinda
dan gerahamku selalu ngilu karenanya
sengilu ketika akhirnya bapak berperangai musang
menerkam-hilang
dari kandang ke kandangrumah gadang

kudengar lagi gerutumu di balik pintu
tentang cengkeh yang terjual murah
harga racun padi yang menanjak
dan bapak yang tak pulang-pulang

selalu kudengar semua, ati
sembari mengintipmu menangis di balik kelambu dipan
selalu
di pelukmu aku ingin rubuh
menghirup tubuhmu yang bau asap
meski dari dari ranah yang tak terdekap
di mana aku kini tersekap.